daun berguguran

Selasa, 14 Januari 2014

^_^ My Habib ^_^

Hangat sinar mentari
Menyentuh lembut jemariku
Membuai hati yang dilanda rindu
Rindu akan hadirnya dirimu

Hadirmu berikan warna baru dlaam hidupku
Warna yang terlukis indah dalam cinta dan setiaku
Menghiasi hati yang merindu
Rindu akan hadirnya dirimu

Rasamu kan slalu ku bawa
Setiamu kan slalu ku jaga
Meski tak banyak kata antara kita
Biarkan cinta yang berbicara

Merindukanmu begitu indah
Mencintaimu adalah anugrah
Semoga kita slalu bersama
Dalam bahtera cinta



A-ku menunggu mu di setiap malam-malamku
H-ingga ku terlelap dalam buaian kasihmu
M-embawaku terbang ke langit cintamu
A-kankah kita slalu bersama
D-alam jalinan kasih yang tak sempurna

Z-ikirku dalam malam-malamku
A-rti penantianku menuju Ridho-Nya
K-u pasrahkan takdirku pada-Nya
K-amukah akhir penantianku?
Y-ang menjadi takdirku

Rabu, 08 Januari 2014

I Love My Family

          Keluaga ialah orang-orang terdekat kita yang selalu menyayangi kita dan memeberikan yang terbaik untuk kita. Ayah, ibu, adik, kakak, kakek, nenek, dan semuanya adalah orang-orang yang selalu memberi dukungan kepada kita. Ayah ibuku adalah orang yang paling aku sayangi. Tanpa mereka aku bukan siapa-siapa. Tanpa mereka aku tak dapat seperti ini. Tanpa mereka aku tak dapat merasakan cinta. Kasih sayang yang mereka berikan, sampai kapanpun tak mampu ku balas. Hanya doa untuk mereka yang dapat ku berikan.

          Adik-adik ku merupakan bagian dari semangat hidupku. Mereka adalah saudara sekaligus teman untukku. Kebersamaan ini akan menjadi cerita indah yang tak kan kulupakan. Terimakasih yaa Robb atas keluarga kecil yang engkau titipkan untukku..
I Love My Family :)





Jumat, 04 Oktober 2013

Puisi ku untuk mu

AYAH IBUKU ADALAH NAFASKU


Dalam setiap kesendirianku
Selalu terbayang wajahmu
Wajah yang tak asing bagiku
Wajah yang selalu menjadi semangatku
Wajah yang tak pernah bersedih di hadapku

Dalam sepi ku rindu
Senyum banggamu yang tulus itu
Mengajariku apa itu hidup
Mengajariku apa arti memberi

Ibu…
Kau beri apa yang tak ku pinta
Kau temani saat ku ingin sendiri
Kau taruhkan hidup dan matimu
Hanya untuk kebahagiaan anak-anakmu
Dalam doamu selalu kau sebut namaku
Kasihmu yang tiada ragu
Ketulusanmu yang tiada palsu
Menyadarkanku betapa durhakanya aku
Jika ku tak mampu membahagiakanmu


Ayah…
Ragamu adalah jiwaku
Jiwamu adalah semangatku
Peluh keringatmu adalah hidupku
Kau yang tak pernah menyerah
Yang tak pernah lelah
Yang tak pernah takut
Yang selalu memberiku semangat
Kau relakan waktumu untukku
Untuk selalu menemaniku, mengajakku
Tak pernah kau tunjukkan wajah sedihmu
Kau selalu terlihat tegar

Ayah… Ibu…
Tak banyak yang dapat ku berikan padamu
Selalu saja ku menyusahkanmu
Menjadi beban dalam hidupmu
Meski kau tak pernah merasa begitu
Aku akan menjadi anak yang baik untukmu
Tak akan ke mengecewakanmu
Karena ku tak ingin melihat airmata sedihmu
Ku ingin melihat airmata bahagia
Seperti saat kau melihatku terlahir di dunia…


Minggu, 09 Juni 2013

Rumput Malela (Brachiaria mutica)




Brachiaria mutica (Forsk.) Stapf

(Rumput Malela)







KLASIFIKASI

Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Gramineae
Famili : Graminales
Genus : Brachiaria
Spesies : Brachiaria mutica (Forsk.) Stapf


MORFOLOGI

AKAR :
Akar serabut (radix adventica), keluar dari pangkal batang, jumlahnya banyak dan hampir sama besar, memiliki banyak rambut-rambut halus.

BATANG :
Bagian terbawah tumbuh menjalar dengan panjang 100-400 cm, bagian teratas tumbuh tegak. Buku-buku batang ditumbuhi rambut halus yang panjang, batang berwarna hijau pucat.

DAUN :
Helai daun tegar, berbentuk garis atau garis-lanset, permukaan daun berambut jarang. Warna helai daun hijau muda dan tepinya merah ungu. Ukuran panjangnya 10-30 cm, dan lebarnya 5-25cm.

BUNGA :
Merupakan bunga majemuk. Tumbuh di ujung barang/cabang. Sumbu utama persegi, panjangnya 15-25 cm.

BUAH :
Berbentuk bulat telur, ujung runcing, berwarna hijau, dan sangat kecil.

BIJI :
Berukuran ± 3 mm, berbentuk bulat panjang , ujung runcing, warnanya hijau bercorak ungu. Biji berada didalam buahnya.


HABITAT :
Brachiaria mutica (Forsk.) Stapf adalah rumput tahunan yang tumbuh ditanah lembab atau basah, dengan suasana terbuka atau suasana ternaung, berbunga sepanjang tahun. Daerah penyebarannya meliputi 0-1200 m dpl.


INANG :
Menjadi gulma pada tanaman kelapa sawit.



MANFAAT :

  • Sebagai pakan ternak ruminansia.
  • Sebagai tempat hidup predator C. lividipennis yang memangsa wereng batang coklat.







Sabtu, 08 Juni 2013

Cerita Pengalamanku


Pelajaran Berharga
dari Sebuah Kecelakaan
Oleh Anis Verawati

Langit tampak gelap, bulan bersembunyi di balik awan berwajah hitam. Nampaknya sebentar lagi akan turun hujan. Aku dan sahabatku cepat-cepat pulang sebelum hujan turun.
            “La…ayo pulang sekarang!”, kataku pada sahabatku.
Beberapa menit kemudian, aku dan Layla naik motor siap untuk pulang. Aku dan Layla tinggal sedesa, rumah kami berdekatan. Kami berdua belajar di madrasah diniyah yang sama. Madrasah Diniyah Ma’dinul ‘Ulum ialah tempat kami belajar agama. Madrasah tersebut berada di dalam lingkungan pondok pesantren. Jarak rumah kami dengan pondok tersebut kira-kira 4 km, sehingga kami mengendarai motor untuk sampai ke sana.
            Malam itu terasa dingin. Jalanan sudah mulai sepi, padahal jam masih menunjukkan pukul 20.30.  Kami terus melanjutkan perjalanan meski gerimis mengiringi perjalanan pulang kami. Layla yang menyetir motornya. Ketika masih
Tengah perjalanan, gerimis bertambah deras.
            “Mbak An, hujan… aku ngga’ mau kehujanan”, kata Layla.
            “Iya… duh padahal sebentar lagi mau sampai”, balasku.
Tiba-tiba…semua terasa gelap. Entah apa yang terjadi, aku tak sadarkan diri. Aneh memang, aku terjatuh dari motor, namun motor yang kami kendarai tidak apa-apa. Malahan Layla tidak tau kalau aku jatuh. Dia baru sadar setelah ada orang yang berteriak bahwa aku jatuh. Dengan perasaan kaget, bingung, panik, dia menghentikan motornya lalu menghampiriku yang sudah tak berdaya di pinggir jalan. Kemudian banyak orang yang mengerumuniku dan menolongku. Kata Layla, saat tubuhku diangkat dan dibawa ke depan rumah, mataku masih terbuka, dan dia pikir aku masih sadar. Padahal aku merasa tidak sadar, aku baru sadar setelah diberi minum. Aku melihat banyak orang di sekitarku.
            “Kok banyak orang, ada apa ini?”, pikirku.

            Aku merasakan sakit di bagian kepala sebelah kanan. Bajuku basah dan kotor oleh pasir. Aku masih bingung dengan apa yang baru saja terjadi. Kenapa aku bisa sampai seperti ini. Layla yang ada disampingku sibuk menghubungi keluargaku.
            “Kamu tadi kenapa? Kamu ngantuk? Atau kamu pusing?”, tanya Layla penuh cemas.
            “Ngga’…”, jawabku singkat.
            Lalu aku diam, sungguh aku masih bingung. Bagaimana aku bisa bisa jatuh, padahal aku tidak ngantuk apalagi pusing? ?. Sungguh membingungkan.
Seingatku, aku tadi ngobrol dengan Layla, setelah itu ngga’ tau apa yang terjadi. Seakan-akan ada yang menghilangkan kesadaranku.
            Tak lama kemudian, bapak dan mas ku dating. Aku dibawa ke dokter terdekat. Sampai disana, dokter tersebut tidak berani menanganiku, karena ada benjolan di bagian kepalaku, dikhawatirkan ada masalah. Beliau menyarankan agar aku dibawa ke rumah sakit. Beliau juga cerita kalau di tempat aku jatuh tadi memang sering terjadi kecelakaan. Bahkan ada yang sampai meninggal padahal kecelakaannya tidak terlalu parah. Kata orang-orang ada hal gaib penyebab itu semua. Wallohu a’lam…
            Aku diantar mas ku ke rumah sakit bersama bapak ibu ku dengan mengendarai mobil masku. Bapaknya Layla juga ikut, namun beliau mengendarai motor. Sesampainya di rumah sakit, aku segera mendapat penanganan. Bagian dahi dan pipi sebalah kiri dajahit, karena lukanya lumayan dalam. Aku hanya pasrah. Luka-luka yang lain dibersihkan dengan alkohol kemudian dibalut dengan kapas. Aku peringisan karena menahan rasa sakit. Dokter menyarankanku agar puasa beberapa jam.  Ibuku selalu setia menemaiku. Di rung tunggu ada bapak dan saudara-saudaraku yang lain yang juga menjengukku. Sampai pukul 2 pagi aku belum bisa tidur. Baru aku bisa tidur kira-kira menjelang subuh.
            Aku terbangun pukul 06.30. Ibuku mencarikanku sarapan. Setelah sarapan, aku diperiksa lagi oleh dokter. Alhamdulillah aku diperbolehkan pulang pagi hari itu juga. Aku sudah bersiap-siap untuk pulang. Lama-lama di rumah sakit juga tidak betah rasanya. Aku berjalan keluar dibantu ibu. Aku berdiri di luar pintu masuk untuk menunggu mas ku mengambil mobilnya. Tiba-tiba badan ku lemas, rasanya mau pingsan. Wajahku pucat. Secepatnya aku mencari tempat duduk yang ada disekitarku. Aku diberi minum. Beberapa menit kemudian keadaanku membaik.

            Akhirnya aku pulang. Setibanya di rumah, ada banyak saudara dan tetangga yang sudah menungguku. Begitulah orang desa, rasa kekeluargaannya tinggi. Mereka saling berkunjung untuk melihat keadaanku. Teman sekelasku juga ada yang datang ke rumahku untuk menjengukku.
            Terpaksa aku tidak masuk sekolah hampir 1 minggu. Karena hari Senin sudah mulai try out pertama, maka pada hari Sabtu aku beranikan diri untuk masuk sekolah meski luka diwajahku belum sembuh total. Apalagi luka di bagian pipi kiriku yang sampai sekarangpun masih terlihat bekasnya.
            Teman-teman sekelasku saling menanyakan keadaanku. Mereka hampir tak percaya dengan apa yang menimpaku. Tapi itulah kenyataannya. Semenjak kejadian itu, aku berhati-hati jika melewati jalan itu, masih ada perasaan takut. Namun sekarang, semua sudah normal kembali, tidak ada perasaan apa-apa ketika melalui jalan itu. Namun, saat melaluinya aku selalu ingat kecelakaan itu.
            Mungkin dari kejadian itu, Tuhan memeberi peringatan padaku agar selalu berhati-hati dalam mengendarai motor. Tidak boleh ngebut, tidak boleh ugal-ugaalan, dan harus berdoa sebelum mengendarai kendaraan.
            Kejadian itu memberiku pelajaran berharga bahwa aku harus berhati-hati, bukan hanya ketika naik motor, tetapi juga dalam dalam bertindak. Hal yang terpenting dari semua itu ialah masih banyak orang disekitarku yang menyayangiku terutama kedua oangtuaku.
Itulah sebagian kisah hidup ku yang begitu dan tak akan aku lupakan. J
***

Cerpen Ku

Antara Sahabat dan Cinta

By: Anys_Vey X-E

“Van..Vanny…”, terdengar suara Acha memanggilku.
“Ada apa sih Cha?”
“Ikut aku yuk ke kantin. Laper nih!”, ajak Acha.
“Aduh, tugasku belum selesai nih. Kamu duluan aja, nanti aku nyusul”, jawabku tanpa melihat ke arah Acha karena sibuk menulis.
“Ayo donk Van, nanti keburu bel lho”, paksa Acha.
“Yaudah deh”
Aku tak bisa menolak ajakan Acha, karena dia satu-satunya sahabatku yang paling baik. Kemanapun kita selalu bersama. Sejak aku SMP sampai sekarang akukelas 3 SMA, Acha tetap setia menjadi sahabatku. Aku sangat menyayanginya, terlebih setelah aku tau kalau Acha mengidap penyakit “tumor otak”. Kata dokter yang memeriksa Acha, makin lama penyakit mengerikan itu makin parah. Sungguh sulit ku percaya, aku tak siap jika harus kehilangan Acha.
Bel pulang sekolah berbunyi. Seperti biasa, setiap hari Sabtu Acha harus periksa ke dokter, dan aku selalu mengantarnya walau terkadang dia tidak mau, tapi aku selalu memaksa. Aku adalah orang pertama yang diberi tahu Acha mengenai penyakitnya. Dia berpesan padaku agar tidak menceritakannya kepada siapapun, tapi bagaimanapun kedua orang Acha harus tahu. Acha termasuk orang yang tidak ingin merepotkan orang lain dalam masalahnya. Oleh karena itulah, awalnya dia tak ingin ada orang lain yang mengetahui penyakitnya, termasuk kedua orang tuanya.
***

Diam-diam aku menyimpan rasa pada seseorang yang belakangan ini dekat denganku. Namanya Jaysanu, aku biasa memanggilnya Jay. Dia seangkatanku, namun dia beda kelas denganku. Kita pernah satu kelas waktu SMP kelas 1. Namun pada saat pertengahan kelas 2, dia pindah sekolah karena bisnis papamya yang ada di luar kota memaksanya untuk mengikuti kemana papanya pergi. Sejak saat itu aku tidak melihat Jay lagi. Kita bertemu lagi waktu masuk SMA, ternyata dia ingin melanjutkan SMA-nya di kota kelahirannya. Disini dia tinggal di rumah saudaranya, sedangkan orang tuanya masih mengurus bisnisnya di luar kota.
Ada yang berubah dari Jay, dia tak lagi terlihat seperti anak kecil, sifatnya yang semakin dewasa berhasil menarik perhatianku. Tiap kali bertemu dia, aku selalu salah tingkah, jantungku berdebar-debar, dan ada perasaan aneh di hatiku. Entah rasa itu dari mana munculnya, yang jelas saat aku memandangnya seperti ada  warna baru dalam hidupku. Hal yang membuatku tak percaya sekaligus bahagia, aku merasakan kalau dia juga sering memeperhatikanku.
“Cari buku ada Van?”, suara yang tak asing bagiku mengejutkanku. Ya, itu suara Jay.
“Eh Jay… hmm ini lagi cari buku tentang genetika”.
“Boleh aku bantu?”
“Iya”, jawabku lirih.
Kami berdua duduk di bangku pojokan dekat jendela. Hanya itulah bangku yang masih kosong di ruang perpustakaan ini. Sesekali aku melirik ke arah Jay, dia begitu tampan. Suasana perpus yang tenang membuat kami saling berdiam. Tanpa ku sadari ternyata Jay juga memperhatikanku. Saat ku menoleh ke arahnya, dia hanya tersenyum.
Hari-hari berlalu, semakin dekat saja aku dengan Jay. Hingga suatu hari Jay mengajakku ke suatu tempat. Tempat yang tenang, damai, dan suasananya yang menyejukkan mata. Tapi sebenarnya bukan itu yang membuatku nyaman, kehadiran Jay lah yang membuatku seakan-akan terbang bersama ribuan kupu-kupu mengarungi jutaan bunga-bunga yang indah. Setelah sekian lama saling terdiam, Jay akhirnya berbicara juga. Tanpa ragu dia menyatakan perasaannya padaku, perasaan yang sama denganku. Betapa bahagianya hatiku saat itu, sampai-sampai sulit diungkapkan dengan kata-kata. Akupun membalas cinta Jay, dan akhirnya kita jadian.
Suatu hari Acha bertemu dengan Jay. Aku melihat kebahagiaan di mata Acha saat melihat Jay. Dia memintaku untuk mengenalkannya pada Jay. Setahu Acha hubunganku dengan Jay hanya sebatas teman biasa, dia tidak tahu kalau aku dan Jay pacaran. Aku memang tidak penah cerita pada Acha  tentang kedekatanku dengan Jay. Akupun  menuruti permintaan Acha. Semenjak Acha kenal Jay, aku melihat ada semangat baru dalam hidupnya. Dari hari ke hari Acha dan Jay semakin terlihat akrab. Bahkan dia pernah bilang kalau dia menaruh hati pada Jay. Aku hanya diam mendengar itu.
Aku menceritakan semua tentang Acha pada Jay, termasuk juga tentang penyakitnya. Aku meminta Jay untuk lebih perhatian pada Acha, karena Jay lah satu-satunya harapan Acha agar dia bisa sembuh. Aku ingin melihat sahabatku bahagia bersama orang yang dia cintai di sisa umurnya. Awalnya Jay menolak, tapi aku terus memaksanya.
Perhatian Jay terhadap Acha hanya sebatas rasa kasihan, bukan tulus dari hati. Namun Acha salah mengartikannya. Dia pikir Jay menyukainya, padahal Jay hanya mencintaiku. Kini Jay dan Acha sering jalan bersama, yang pasti Acha lah yang mengajaknya. Akupun menyadari dan bisa mengerti keadaan ini. Meski demikian, hati siapa yang kan rela jika melihat kekasihnya bersama gadis lain, meski gadis itu sahabatku sendiri.
“Aku yang memintamu mendekati Acha, dan kamu berhasil sayang. Aku nggak tau gimana hubungan kita. Jujur, saat kamu bersamanya, hati ini menangis. Tapi aku nggak boleh cemburu dengan sahabatku sendiri”.
“Apa maksudmu?”.
“Acha sahabat terbaikku. Aku nggak ingin dia nanti sakit hati. Aku mohon, sayangi dia seperti kamu menyayangiku”.
“Kamu ini ngomong apa sih Van. Aku tu cuma sayang dan cinta ma kamu, bukan Acha. Aku dekat dengan dia, itu juga karena kamu, bukan keinginanku. Aku juga takut kalo nanti dia tau kita ini pacaran. Tapi bukan berarti aku harus nglepasin kamu”, jelas Jay.
“Demi sahabatku apapun akan ku lakukan”.
“Walaupun harus mengorbankan cinta dan perasaanmu?”, Tanya Jay.
“Ya…”, jawabku lirih.
“Tapi aku nggak mau kehilangan kamu Van, kamu adalah cinta pertamaku”.
“Jangan pake’ emosi Jay, aku Cuma nggak mau sahabatku terlika. Aku ingin di sisa hidupnya ini dia bahagia. Apalagi semenjak dia mengenalmu, dia punya semangat hidup baru”.
“Jika itu memang maumu, baiklah. Asal kamu tau, di hatiku hanya ada kamu Van. Aku melakukan ini juga kamu yang memintanya”.
Setiap kali aku melihat Jay jalan dengan Acha, hatiku sakit sekali. Aku tak boleh egois, aku pasti bisa melewati semua ini. Di depan Acha, aku berusaha untuk tersenyum.
Suatu hari Acha datang ke rumah ku. Dia hendak memiinjam buku ku. Langsung saja aku mengajaknya masuk ke kamarku. Sementara dia sibuk mencari buku itu, aku keluar kamar untuk membuatkan dia minum. Tanpa sepengetahuanku dia menemukan diary ku yang berada ditumpukkan buku-buku pelajaran. Dia membacanya dan mengetahui semua tentang hubunganku dengan Jay yang ku tulis dalam diary itu. Spontan dia marah dan langsung keluar dari kamarku tanpa mempedulikan aku yang sedang membawa minum untuknya. Sejak itu Acha menjadi pemurung dan selalu menghindar dariku. Dia sangat marah dan benci padaku.
***

Beberapa minggu kemudian, kejadian menggenaskan menimpa Acha. Dia terjatuh dari tangga saat hendak pergi ke sekolah. Penyakitnya kambuh lagi. Dia langsung dilarikan ke rumah sakit. Saat itu juga aku dan Jay datang ke rumah sakit.
Sebelum Acha menghembuskan nafas terakhir, dia berkata padaku dan Jay.
“Vanny, Jay… Maafin aku karena selama ini mengganggu hubungan kalian. Mengapa kalian tidak mengatakan yang sebenarnya?”, ucap Acha.
“Sudahlah Cha, jangan ngomong seperti itu. Kamu sama sekali nggak salah kok.” jawabku.
“Maafin aku Van. Kamu memang sahabatku yang terbaik. Aku ingin kalian bersatu kembali dan jagalah cinta kalian. Selamat tinggal Van...Jay…..”
Saat itu Acha menghembuskan nafas terakhirnya. Aku tak menyangka dia kan pergi secepat ini.
Beberapa waktu setelah kepergian Acha, hubunganku dengan Jay menyatu kembali. Kita selalu bersama, walau terkadang bayang-bayang wajah Acha masih terlintas di benakku. Aku berjanji Cha, aku akan menjaga cinta ini. Semoga kau tenang di alam sana.
***