daun berguguran

Sabtu, 08 Juni 2013

Cerita Pengalamanku


Pelajaran Berharga
dari Sebuah Kecelakaan
Oleh Anis Verawati

Langit tampak gelap, bulan bersembunyi di balik awan berwajah hitam. Nampaknya sebentar lagi akan turun hujan. Aku dan sahabatku cepat-cepat pulang sebelum hujan turun.
            “La…ayo pulang sekarang!”, kataku pada sahabatku.
Beberapa menit kemudian, aku dan Layla naik motor siap untuk pulang. Aku dan Layla tinggal sedesa, rumah kami berdekatan. Kami berdua belajar di madrasah diniyah yang sama. Madrasah Diniyah Ma’dinul ‘Ulum ialah tempat kami belajar agama. Madrasah tersebut berada di dalam lingkungan pondok pesantren. Jarak rumah kami dengan pondok tersebut kira-kira 4 km, sehingga kami mengendarai motor untuk sampai ke sana.
            Malam itu terasa dingin. Jalanan sudah mulai sepi, padahal jam masih menunjukkan pukul 20.30.  Kami terus melanjutkan perjalanan meski gerimis mengiringi perjalanan pulang kami. Layla yang menyetir motornya. Ketika masih
Tengah perjalanan, gerimis bertambah deras.
            “Mbak An, hujan… aku ngga’ mau kehujanan”, kata Layla.
            “Iya… duh padahal sebentar lagi mau sampai”, balasku.
Tiba-tiba…semua terasa gelap. Entah apa yang terjadi, aku tak sadarkan diri. Aneh memang, aku terjatuh dari motor, namun motor yang kami kendarai tidak apa-apa. Malahan Layla tidak tau kalau aku jatuh. Dia baru sadar setelah ada orang yang berteriak bahwa aku jatuh. Dengan perasaan kaget, bingung, panik, dia menghentikan motornya lalu menghampiriku yang sudah tak berdaya di pinggir jalan. Kemudian banyak orang yang mengerumuniku dan menolongku. Kata Layla, saat tubuhku diangkat dan dibawa ke depan rumah, mataku masih terbuka, dan dia pikir aku masih sadar. Padahal aku merasa tidak sadar, aku baru sadar setelah diberi minum. Aku melihat banyak orang di sekitarku.
            “Kok banyak orang, ada apa ini?”, pikirku.

            Aku merasakan sakit di bagian kepala sebelah kanan. Bajuku basah dan kotor oleh pasir. Aku masih bingung dengan apa yang baru saja terjadi. Kenapa aku bisa sampai seperti ini. Layla yang ada disampingku sibuk menghubungi keluargaku.
            “Kamu tadi kenapa? Kamu ngantuk? Atau kamu pusing?”, tanya Layla penuh cemas.
            “Ngga’…”, jawabku singkat.
            Lalu aku diam, sungguh aku masih bingung. Bagaimana aku bisa bisa jatuh, padahal aku tidak ngantuk apalagi pusing? ?. Sungguh membingungkan.
Seingatku, aku tadi ngobrol dengan Layla, setelah itu ngga’ tau apa yang terjadi. Seakan-akan ada yang menghilangkan kesadaranku.
            Tak lama kemudian, bapak dan mas ku dating. Aku dibawa ke dokter terdekat. Sampai disana, dokter tersebut tidak berani menanganiku, karena ada benjolan di bagian kepalaku, dikhawatirkan ada masalah. Beliau menyarankan agar aku dibawa ke rumah sakit. Beliau juga cerita kalau di tempat aku jatuh tadi memang sering terjadi kecelakaan. Bahkan ada yang sampai meninggal padahal kecelakaannya tidak terlalu parah. Kata orang-orang ada hal gaib penyebab itu semua. Wallohu a’lam…
            Aku diantar mas ku ke rumah sakit bersama bapak ibu ku dengan mengendarai mobil masku. Bapaknya Layla juga ikut, namun beliau mengendarai motor. Sesampainya di rumah sakit, aku segera mendapat penanganan. Bagian dahi dan pipi sebalah kiri dajahit, karena lukanya lumayan dalam. Aku hanya pasrah. Luka-luka yang lain dibersihkan dengan alkohol kemudian dibalut dengan kapas. Aku peringisan karena menahan rasa sakit. Dokter menyarankanku agar puasa beberapa jam.  Ibuku selalu setia menemaiku. Di rung tunggu ada bapak dan saudara-saudaraku yang lain yang juga menjengukku. Sampai pukul 2 pagi aku belum bisa tidur. Baru aku bisa tidur kira-kira menjelang subuh.
            Aku terbangun pukul 06.30. Ibuku mencarikanku sarapan. Setelah sarapan, aku diperiksa lagi oleh dokter. Alhamdulillah aku diperbolehkan pulang pagi hari itu juga. Aku sudah bersiap-siap untuk pulang. Lama-lama di rumah sakit juga tidak betah rasanya. Aku berjalan keluar dibantu ibu. Aku berdiri di luar pintu masuk untuk menunggu mas ku mengambil mobilnya. Tiba-tiba badan ku lemas, rasanya mau pingsan. Wajahku pucat. Secepatnya aku mencari tempat duduk yang ada disekitarku. Aku diberi minum. Beberapa menit kemudian keadaanku membaik.

            Akhirnya aku pulang. Setibanya di rumah, ada banyak saudara dan tetangga yang sudah menungguku. Begitulah orang desa, rasa kekeluargaannya tinggi. Mereka saling berkunjung untuk melihat keadaanku. Teman sekelasku juga ada yang datang ke rumahku untuk menjengukku.
            Terpaksa aku tidak masuk sekolah hampir 1 minggu. Karena hari Senin sudah mulai try out pertama, maka pada hari Sabtu aku beranikan diri untuk masuk sekolah meski luka diwajahku belum sembuh total. Apalagi luka di bagian pipi kiriku yang sampai sekarangpun masih terlihat bekasnya.
            Teman-teman sekelasku saling menanyakan keadaanku. Mereka hampir tak percaya dengan apa yang menimpaku. Tapi itulah kenyataannya. Semenjak kejadian itu, aku berhati-hati jika melewati jalan itu, masih ada perasaan takut. Namun sekarang, semua sudah normal kembali, tidak ada perasaan apa-apa ketika melalui jalan itu. Namun, saat melaluinya aku selalu ingat kecelakaan itu.
            Mungkin dari kejadian itu, Tuhan memeberi peringatan padaku agar selalu berhati-hati dalam mengendarai motor. Tidak boleh ngebut, tidak boleh ugal-ugaalan, dan harus berdoa sebelum mengendarai kendaraan.
            Kejadian itu memberiku pelajaran berharga bahwa aku harus berhati-hati, bukan hanya ketika naik motor, tetapi juga dalam dalam bertindak. Hal yang terpenting dari semua itu ialah masih banyak orang disekitarku yang menyayangiku terutama kedua oangtuaku.
Itulah sebagian kisah hidup ku yang begitu dan tak akan aku lupakan. J
***

1 komentar:

  1. Menarik ceritanya mampir yo ke catatn ane, di bteman.blogspot.com, makasih

    BalasHapus