Pelajaran Berharga
dari Sebuah
Kecelakaan
Oleh Anis Verawati
Langit
tampak gelap, bulan bersembunyi di balik awan berwajah hitam. Nampaknya
sebentar lagi akan turun hujan. Aku dan sahabatku cepat-cepat pulang sebelum
hujan turun.
“La…ayo pulang sekarang!”, kataku
pada sahabatku.
Beberapa
menit kemudian, aku dan Layla naik motor siap untuk pulang. Aku dan Layla
tinggal sedesa, rumah kami berdekatan. Kami berdua belajar di madrasah diniyah
yang sama. Madrasah Diniyah Ma’dinul ‘Ulum ialah tempat kami belajar agama.
Madrasah tersebut berada di dalam lingkungan pondok pesantren. Jarak rumah kami
dengan pondok tersebut kira-kira 4 km, sehingga kami mengendarai motor untuk
sampai ke sana.
Malam itu terasa dingin. Jalanan
sudah mulai sepi, padahal jam masih menunjukkan pukul 20.30. Kami terus melanjutkan perjalanan meski
gerimis mengiringi perjalanan pulang kami. Layla yang menyetir motornya. Ketika
masih
Tengah
perjalanan, gerimis bertambah deras.
“Mbak An, hujan… aku ngga’ mau
kehujanan”, kata Layla.
“Iya… duh padahal sebentar lagi mau
sampai”, balasku.
Tiba-tiba…semua
terasa gelap. Entah apa yang terjadi, aku tak sadarkan diri. Aneh memang, aku
terjatuh dari motor, namun motor yang kami kendarai tidak apa-apa. Malahan
Layla tidak tau kalau aku jatuh. Dia baru sadar setelah ada orang yang
berteriak bahwa aku jatuh. Dengan perasaan kaget, bingung, panik, dia
menghentikan motornya lalu menghampiriku yang sudah tak berdaya di pinggir
jalan. Kemudian banyak orang yang mengerumuniku dan menolongku. Kata Layla,
saat tubuhku diangkat dan dibawa ke depan rumah, mataku masih terbuka, dan dia
pikir aku masih sadar. Padahal aku merasa tidak sadar, aku baru sadar setelah
diberi minum. Aku melihat banyak orang di sekitarku.
“Kok banyak orang, ada apa ini?”,
pikirku.
Aku merasakan sakit di bagian kepala sebelah kanan. Bajuku basah dan kotor oleh pasir. Aku masih bingung dengan apa yang baru saja terjadi. Kenapa aku bisa sampai seperti ini. Layla yang ada disampingku sibuk menghubungi keluargaku.
“Kamu tadi kenapa? Kamu ngantuk?
Atau kamu pusing?”, tanya Layla penuh cemas.
“Ngga’…”, jawabku singkat.
Lalu aku diam, sungguh aku masih
bingung. Bagaimana aku bisa bisa jatuh, padahal aku tidak ngantuk apalagi
pusing? ?. Sungguh membingungkan.
Seingatku,
aku tadi ngobrol dengan Layla, setelah itu ngga’ tau apa yang terjadi.
Seakan-akan ada yang menghilangkan kesadaranku.
Tak lama kemudian, bapak dan mas ku
dating. Aku dibawa ke dokter terdekat. Sampai disana, dokter tersebut tidak
berani menanganiku, karena ada benjolan di bagian kepalaku, dikhawatirkan ada
masalah. Beliau menyarankan agar aku dibawa ke rumah sakit. Beliau juga cerita
kalau di tempat aku jatuh tadi memang sering terjadi kecelakaan. Bahkan ada
yang sampai meninggal padahal kecelakaannya tidak terlalu parah. Kata
orang-orang ada hal gaib penyebab itu semua. Wallohu a’lam…
Aku diantar mas ku ke rumah sakit
bersama bapak ibu ku dengan mengendarai mobil masku. Bapaknya Layla juga ikut,
namun beliau mengendarai motor. Sesampainya di rumah sakit, aku segera mendapat
penanganan. Bagian dahi dan pipi sebalah kiri dajahit, karena lukanya lumayan
dalam. Aku hanya pasrah. Luka-luka yang lain dibersihkan dengan alkohol
kemudian dibalut dengan kapas. Aku peringisan karena menahan rasa sakit. Dokter
menyarankanku agar puasa beberapa jam.
Ibuku selalu setia menemaiku. Di rung tunggu ada bapak dan
saudara-saudaraku yang lain yang juga menjengukku. Sampai pukul 2 pagi aku
belum bisa tidur. Baru aku bisa tidur kira-kira menjelang subuh.
Aku terbangun pukul 06.30. Ibuku mencarikanku
sarapan. Setelah sarapan, aku diperiksa lagi oleh dokter. Alhamdulillah aku
diperbolehkan pulang pagi hari itu juga. Aku sudah bersiap-siap untuk pulang.
Lama-lama di rumah sakit juga tidak betah rasanya. Aku berjalan keluar dibantu
ibu. Aku berdiri di luar pintu masuk untuk menunggu mas ku mengambil mobilnya.
Tiba-tiba badan ku lemas, rasanya mau pingsan. Wajahku pucat. Secepatnya aku
mencari tempat duduk yang ada disekitarku. Aku diberi minum. Beberapa menit
kemudian keadaanku membaik.
Akhirnya aku pulang. Setibanya di
rumah, ada banyak saudara dan tetangga yang sudah menungguku. Begitulah orang
desa, rasa kekeluargaannya tinggi. Mereka saling berkunjung untuk melihat
keadaanku. Teman sekelasku juga ada yang datang ke rumahku untuk menjengukku.
Terpaksa aku tidak masuk sekolah
hampir 1 minggu. Karena hari Senin sudah mulai try out pertama, maka pada hari
Sabtu aku beranikan diri untuk masuk sekolah meski luka diwajahku belum sembuh
total. Apalagi luka di bagian pipi kiriku yang sampai sekarangpun masih
terlihat bekasnya.
Teman-teman sekelasku saling
menanyakan keadaanku. Mereka hampir tak percaya dengan apa yang menimpaku. Tapi
itulah kenyataannya. Semenjak kejadian itu, aku berhati-hati jika melewati
jalan itu, masih ada perasaan takut. Namun sekarang, semua sudah normal
kembali, tidak ada perasaan apa-apa ketika melalui jalan itu. Namun, saat
melaluinya aku selalu ingat kecelakaan itu.
Mungkin dari kejadian itu, Tuhan
memeberi peringatan padaku agar selalu berhati-hati dalam mengendarai motor.
Tidak boleh ngebut, tidak boleh ugal-ugaalan, dan harus berdoa sebelum
mengendarai kendaraan.
Kejadian itu memberiku pelajaran
berharga bahwa aku harus berhati-hati, bukan hanya ketika naik motor, tetapi
juga dalam dalam bertindak. Hal yang terpenting dari semua itu ialah masih
banyak orang disekitarku yang menyayangiku terutama kedua oangtuaku.
Itulah
sebagian kisah hidup ku yang begitu dan tak akan aku lupakan. J
***
Menarik ceritanya mampir yo ke catatn ane, di bteman.blogspot.com, makasih
BalasHapus